5 Alasan Buku Bajakan Murah

Fenomena penulis yang teriak-teriak soal buku bajakan sebenarnya bukan pertama kalinya dan bukan hal baru. Ya gimana dong, kerja keras mereka menyelesaikan sebuah naskah utuh lengkap selesai, direndahkan dengan cara dibajak. Lalu buku-buku itu dijual secara bebas.

buku berdiri

Buku bajakan selama ini dijual dengan harga murah. Jauh lebih murah dibandingkan dengan harga aslinya. Bisa seperempat, seperlima, bahkan seperdelapan dari harga aslinya. Kok bisa sih? Jelas bisa. Apasih yang enggak bisa. Inilah 5 alasan buku bajakan harganya murah yang harus kamu tahu.

Alasan Buku Bajakan Murah

Mencuri Karya Penulis

Menikmati karya bajakan, apapun bentuknya itu adalah suatu bentuk pencurian. Mau musik, buku, fashion, lukisan atau bentuk seni lainnya, sama. Meski bisa dibilang, bentuk pencurian semacam ini bukan hal baru dan biasa terjadi, tapi bukan berarti bisa jadi pembenaran kan. Bukan harga produknya yang mahal, tapi ide si pembuatnya yang mahal. Dan untuk mendapat ide seperti itu, bukan hal mudah. Bukan hanya soal waktu saja, tapi soal usaha untuk bisa mendapatkan ide itu. Riset, baca, diskusi, menikmati karya orang lain, belajar dari berbagai sumber, mencoba membuat, gagal, dan mencoba lagi, hingga berulang-ulang. Ide itu mahal, gais.


Kalau di sekolah, ada temen yang nyalin PeeR yang sudah susah payah dikerjaian, gimana rasanya? Kesel kan. Sederhananya seperti itu.

Buku Berkualitas? Jangan Ngarep deh!

Buku aslinya bisa dalam bentuk hardcover atau bersampul tebal dan kaku. Bisa juga dengan bentuk softcover atau bersampul kertas yang lebih tipis. Kertas yang jadi isian buku juga biasanya sudah ditentukan dalam proses cetak.

binding buku

Beda cerita kalau beli buku bajakan. Jangan ngarep kamu bisa mendapatkan hasil cetak bagus. Jelas tidak ada kontrol kualitas. Yang penting dicetak. Tidak jarang hasil cetakan buku bajakan itu dengan kertas tipis dan buram. Tulisannya pun blur, mirip fotocopy. Jika isi aslinya berwarna, jangan berharap isi dari buku bajakan berwarna juga. Paling-paling hitam putih. Belum lagi sampulnya yang asal ada gambarnya. Lalu binding-nya? Jangan berharap rapi lah. Kalau sudah begini, ya jangan heran kalau usia buku bajakan tidak tahan lama. Dan sudah bisa diduga, kalau buku bajakan harganya jauh lebih murah.

Promosi? Enggak Perlu!

Setelah buku terbit, hal berikutnya yang biasanya dilakukan adalah proses promosi. Biaya yang digunakan untuk melakukan promosi juga diperhitungkan dan masuk dalam harga pokok buku, lho.

Nah untuk buku bajakan, hal ini bisa tuh di skip aja. Alias tidak ada biaya promosi. Otomatis harga dasar buku jadi lebih murah, karena tidak memperhitungkan promosi. Atau paling gampang, udah numpang promosi dari buku aslinya. Hmmm


Royalti Penulis? Enggak kenal tuh!

Dalam penentuan harga pokok buku dan harga jual buku juga termasuk royalti penulis. Ya kan penulis yang sudah membuat karyanya. Enggak lucu dong, masa penulis enggak diberikan royaltinya. Jangan dikira royalti penulis itu besar ya. Untuk buku-buku yang terbit di penerbit mayor, royalti penulis itu hanya sekitar 8-15% dari harga jual buku. Jadi untuk buku yang dijual dengan harga Rp100.000 saja, royalti penulis hanya sekitar Rp10.000 saja tiap eksemplar. Prosentase itu sedikit lebih besar untuk buku yang terbit di penerbit indie ataupun selfpublishing. Satu lagi, royalti penulis yang segitu mini-nya juga masih harus dipotong pajak lagi. Hmmm, soal ini urusannya panjang.

Kalau buku bajakan? Tentu mereka enggak memberikan royalti untuk penulis. Nah kan, udah skip berapa tuh? Jelas buku bajakan bisa dijual murah.

Membuat Banyak Dapur Tak Jadi Ngebul

Dalam proses buku, dari ditulis naskahnya hingga bisa sampai ke tangan konsumen, butuh proses yang tidak sebentar. Ada penulis, editor, layouter, percetakan, tim gudang, tim promosi, tim distribusi, dan toko buku yang terlibat. Tanpa penulis, tidak ada karya dan naskah. Tanpa editor, buku tidak enak dibaca. Tanpa layouter, buku tidak akan tampak cantik dan ciamik. Tanpa percetakan, buku enggak mungkin keluar dari mesin sendiri. Tanpa tim gudang, buku cepat rusak tanpa penyimpanan yang baik. Tanpa tim promosi, buku tidak akan dikenal luas. Tanpa tim distribusi, buku tidak akan sampai di toko buku. Tanpa toko buku, konsumen akan lebih sulit menemukan dan membeli buku. Ada banyak dapur yang harus dibiayai agar tetap ngebul.


Buku bajakan tidak memberikan secuil penghasilannya untuk mereka. Jadi, pasti harganya lebih murah kan?

buku berdiri

Kesimpulan

Itulah beberapa alasan yang menyebabkan buku bajakan bisa dijual dengan harga jauh lebih murah jika dibandingkan buku aslinya. Tulisan ini dibuat sebagai bahan pengetahuan dan pengingat bagi diri sendiri. Jika bermanfaat, silakan dibagikan. Sampai jumpa di tulisan lainnya.

16 komentar:

   
  1. Baru tahu mba, trnyata royalti penulis dari penerbitnya sekitar segitu ya...
    Buku atau karya apapun itu memang termauk hak cipta y mba.. dan wajib diapresiasi salah satunya dgn membeli buku yang asli/ legal.. setuju mba.. cuma sekarang emg masih banyak y mba buku2 bajakan yg dijualbelikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mbak. saya juga msih berusaha untuk bisa belajar memberikan apresiasi lebih npada tiap karya, apapun itu

      Hapus
  2. Miris ya mb, kalau buku bajakan begitu banyak beredar, kasihan penulis-penulis hebat yang menghasilkan karya briliannya. Semoga tidak mematahkan semangat para penulis dengan ada bajakan begini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin amin amin. betul. semoga para penuli itu tetap masih semangat menulis dan membagikan ilmu mereka. itu yang tidak bisa digantikan apapun

      Hapus
  3. Saya barusan membaca ebook nya Tere Liye berjudul 'Selamat Tinggal' persis seperti yang ditulis mbak Bening. Kita harus menghargai karya orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah saya malah belum sempat baca nih. okedeh, habis ini nyari. semoga enggak ketemu bajakannya, hehehehe

      Hapus
  4. Sedih banget memang kalau bicara buku bajakan, kadang royalti yang enam bulan sekali hanya dapat seiprit eh harus bertarung pula dengan pembajakan, pilu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, royalti yang cuma enam bulan sekali pun belum tentu langsung cair, dan ya ... emang segitunya

      Hapus
  5. Pembajak buku nggak tahu kalau nulis buku tuh perjuangannya berat. Belum lagi kalau royalti kecil, jadi mikir lagi gimana nasib penulis ini ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau bahas ini memang enggak ada habisnya, mbak. seperti lingkaran setan, tidak ada yang mau disalahkan dan tidak ada yang akan mau mengalah

      Hapus
  6. Dulu zaman kuliah aku carinya buku bekas sih, tapi pernah sempet beli bajakan karena bukunya nggak ada di Indonesia. Ada pun harus mesen berbulan2, dan itu buat skripsi astaga.. terpaksa aku beli bajakan, itu pun susah carinya :") tapi aku kapok, karena kualitas jelek banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mbak. jadi refleksi buat diri sendiri aja. saya juga dulu pemburu ebook bajakan. tapi setelah kesini, rasanya kok y berdosa banget. udah deh enggak lagi-lagi, ide itu mahal harganya

      Hapus
  7. Ihik, zaman kuliah seneng banget, berburu buku bajakan ini. Cukup membantu budget pas-pasan, dibandingkan fc saya pilih buku bajakan karena masih enak dilihat. Maafkan dosaku yang lalu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi ... sekarang sudah lebih baik, semoga bisa ikut memberikan apresiasi yang lebih layak pada penulis

      Hapus
  8. Jadi ngerasa bersalah. Zaman kuliah beli bukunya fotocopian soalnya bukunya mahal hiks...

    BalasHapus
    Balasan
    1. sekarang sudah lebih baik, semoga bisa ikut memberikan apresiasi yang lebih layak pada penulis

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.