Review Novel Carmine (Ruwi Meita)

Review Novel Carmine dari penulis Ruwi Meita ini jadi ulasanku berikutnya. Buku ini juga jadi buku ketiga di bulan Oktober. Eh iya, ini buku kedua dari penulis Ruwi Meita yang aku baca, setelah sempat baca Patung Garam. Sepertinya genre Carmine ini juga tidak jauh beda dengan Patung Garam. Here we go!

Review novel Carmine ruwi meita

Carmine

Penulis: Ruwi Meita
Penerbit: Penerbit Noura Books (PT Mizan Publika)
ISBN: 978-602-385-380-9
Jumlah halaman: 342 halaman
Cetakan pertama: Desember 2018

Datanglah, Carmine. Jemput anak-anakmu.

Anak-anaknya dalam bahaya. Dia harus bergegas, sebelum wanita itu menidurkan mereka.

Aku akan menolongmu, Carmine. Aku akan memperbaikimu.

Sekilas Novel Carmine

Selepas tahun baru, Bilah, baru kembali dari meringkus seorang penjahat. Awalnya dia berniat istirahat sejenak. Tapi sebuah telepon menggagalkan rencananya. Polisi dengan pangkat ajun inspektur polisi satu itu diminta untuk datang ke sebuah perumahan elit. Seorang wanita ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah rumah mewah.

Carmine Dunne, mantan aktris dan model terkenal Keju Karmin ditemukan pingsan dengan luka di belakang kepalanya di sebuah rumah di kompleksnya. Cerita kemudian mundur ke dua tahun sebelumnya. Setelah menikah, Carmine mundur dari dunia hiburan dan menjadi ibu rumah tangga untuk suami dan keempat anaknya. Kehidupan Carmine pun berubah derastis.

Di tempat lain, ada Mirah. Seorang penjual tas handmade yang juga seorang instruktur yoga, berempati pada Carmine. Pertemuan Mirah dan Carmine di Lombok menjadi awal hubungan ‘ganjil’ antara keduanya. Mirah terobsesi pada Carmine!


Tokoh dengan Karakter Kuat

Ada tiga sudut pandang karakter dalam novel ini. Pertama Carmine, sang tokoh utama yang seorang mantan aktris dan bintang iklan. Pada masa jayanya, Carmine adalah bintang iklan legenda Keju Karmin yang terkenal tidak hanya cantik tetapi juga memiliki tubuh ideal yang menjadi impian banyak orang. Setelah menikah, Carmine meninggalkan dunia hiburan dan menjadi ibu rumah tangga untuk suami dan keempat anaknya.

Karakter penting kedua adalah Mirah. Mirah menganggap dirinya adalah sosok Carmine di masa lalu. Mirah yang ada saat ini adalah sosok ideal, pemilik tubuh ideal, seorang instruktur yoga dan penjual tas online yang terkenal misterius. Mirah diceritakan sedikit unik dan ganjil. Salah satu ciri khasnya adalah suka mengoleksi dua kancing dari kemeja bagian atas.
Kancing-kancing ini sangat berharga. Setiap kali aku memasukkannya ke kotak, sesuatu di dalam hatiku ikut terkatup dan aku merasa nyaman.’ [Hal 37]
Karakter ketiga adalah Bilah. Sisi investigasi polisi pada novel ini ditunjukkan lewat karakter Bilah. Pada awal buku, memang peran Bilah terlihat menonjol. Tapi di tengah buku, pada saat menceritakan kisah dua tahun sebelumnya, justru peran Ratna yang lebih tampak. Ratna adalah seorang pengacara sukses yang juga sahabat Carmine. Karakter Bilah baru muncul lagi di nyaris akhir cerita.

Karakter Carmine dan Mirah dalam novel ini diceritakan sangat detail dan kuat. Karena memang mereka inilah tokoh utamanya. Cerita tentang masa lalu mereka pun diceritakan dengan sangat baik oleh penulis.


Tema Thriller dalam Keluarga

Tema yang diusung oleh penulis kali ini tentang keluarga. Tapi menurutku justru kesan thriller yang agak menyeramkan ya, haha. Jadi, tema yang diusung adalah bentuk kekerasan dalam rumah tangga terkait patriarki. Dari kalimat ‘ada roh naga dalam diri setiap orang’, sudah bisa dirasakan kalau ada yang tidak benar dalam keluarga dua tokoh utamanya, Carmine dan Mirah.

Carmine, dalam novel ini diceritakan sebagai sosok ibu rumah tangga dengan empat anak dan tanpa asisten rumah tangga sama sekali. Ini adalah tuntutan suaminya, Ruddy, yang berpikir kalau istrinya, Carmine, harus mencontoh sosok ibunya. Sosok ibunda Ruddy, orang tua tunggal yang mampu membesarkan sepuluh anak tanpa asisten sama sekali.

Dominasi Ruddy atas Carmine sebenarnya mulai tampak saat mereka menikah dan Ruddy meminta Carmine berhenti dari dunia hiburan lalu menjadi ibu rumah tangga. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di rumah, Ruddy benar benar membuat Carmine tidak berdaya. Belum lagi ibu mertuanya yang meminta Carmine dan Ruddy untuk menambah anak.


Tekanan dari ibu mertua dan suaminya membuat Carmine benar benar melupakan dirinya. Dia sama sekali tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Dan meski sudah begini pun, ternyata dia masih terus mendapat keluhan dan umpatan dari suami maupun ibu mertuanya. Mereka menganggap Carmine tidak pernah beres melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.

Sebenarnya, tidak ada kekerasan fisik yang ditampilkan dalam novel ini. Tapi, kondisi Carmine yang mendapat tekanan dari suami dan ibu mertuanya ini, ternyata kekerasan itu sendiri. Kekerasan yang lebih dikenal sebagai kekerasan simbolik.

Di sisi lain, kisah Mirah juga tidak kalah pelik. Dia tumbuh dalam keluarga yang harus tunduk pada kekuasaan tertinggi di rumah, yakni ayah. Lalu ibunya yang tampil sempurna di luar tetapi meluapkan kemarahannya pada putri kecilnya, Mirah. Belum lagi cibiran ibunya tentang tubuh Mirah yang berukuran besar hingga dianggap akan sulit berkeluarga.

Mirah pun tumbuh sebagai pribadi yang misterius. Dia memang berhasil keluar dari tekanan keluarganya. Tapi, Mirah tidak mau sendirian.


Penutup Review Novel Carmine

Alur maju mundur pada novel ini, awalnya memang sedikit membuat bingung. Tapi, seiring cerita, aku tidak terlalu memusingkan hal ini dan bisa mengikuti alur ceritanya.

Review novel Carmine ruwi meita

Kalau membaca akhir novel ini, sebenarnya masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab. Entah memang penulis sengaja meninggalkannya untuk membuat plot twist atau bagaimana. Mungkin aku perlu membaca ulang dari awal lagi.

Dan satu lagi, akhir novel ini membuatku bertanya tanya. Sebenarnya, sudut pandang siapa yang paling sesuai dengan keadaan sebenarnya? Karena di akhir, aku merasa kalau Carmine juga tidak sepenuhnya bisa dipercaya. Apalagi saat dia membuat ending cerita bersama suaminya, Ruddy.

Meski kurang puas dengan akhir ceritanya, aku merasa kalau karakter, tema, alur, dan cerita novel ini memang luar biasa. Kalau pertanyaannya, lebih suka mana dengan patung garam, ya suka keduanya, hehehe. Oke, dari aku rating novel ini 8/10 deh. Sampai jumpa di ulasan lainnya.

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.