Review Buku Telisik Nusantara

Nusantara itu kaya, fakta yang valid, no debat. Semakin dalam menggali, maka akan semakin terasa tak ada habisnya. Akan semakin terasa ... ‘ah, ternyata masih ada begitu banyak yang enggak diketahui’, kira-kira begitu. Dan salah satu cara untuk bisa jalan-jalan, meski di masa pendemi gini, adalah lewat tulisan. Nusantara kaya akan cerita dan legendanya. 

sampul depan telisik nusantara

Telisik Nusantara 

Penulis: Nur Hikmah Tarigan, dkk 
Penerbit: @penerbiternest 
ISBN : 978-602-5640-30-8 
Jumlah halaman : vi+216 halaman 
Cetakan pertama : April 2018 

Sekilas Telisik Nusantara

Indonesia, Nusantara julukannya. Kekayaan cerita yang turun temurun dituturkan dengan beragam cara, adalah ciri khasnya. Beragamnya cerita serta legenda yang dikenal masyarakat, menandakan banyak dan beragam pula budaya yang dimiliki nusantara. Dituturkan turun temurun, bukan hanya untuk hiburan semata. Karena ternyata ada banyak hikmah yang bisa diambil dari cerita, kisah maupun legenda yang dituturkan itu. 

Buku Telisik Nusantara ini mengusung ide yang sangat menarik. Jujur, bagi saya idenya sangat menarik, yakni menceritakan kembali legenda dan cerita dari beragam daerah di Indonesia dengan gaya yang lebih modern, baru dan meremaja. Jadi, besar harapannya agar kisah itu juga bisa dengan mudah diterima oleh kalangan muda. Bukan lagi jadi cerita membosankan karena bergaya lama, tapi jadi cerita baru yang menghibur.

Dengan tebal 216 halaman, ada lima belas cerita yang ditulis oleh sejumlah penulis berbeda. Sebagian merupakan legenda yang memang sudah dikenal secara luas, sebagian yang lain masih berupa legenda yang sangat kental kedaerahannya. 

Dari kelima belas cerita ini, saya tidak akan membahas seluruhnya. Ada total tiga cerita yang cukup menarik perhatian saya dan rasanya sayang jika tidak dibahas. Semoga yang sedikit ini bisa mewakili cerita lainnya. 

sampul belakang buku telisik nusantara


Review Telisik Nusantara

Cerita pertama berjudul ‘Selayang Pandang Situ Sanghiang’. Cerita dengan latar belakang Jawa Barat ini mengusung legenda munculnya sebuah situ atau danau akibat mata air yang berasal dari batang lidi yang dicabut. Bagi saya yang tinggal di Jawa Tengah, saya lebih terbiasa dengan legenda ‘Rawa Pening’. Kisah legenda munculnya sebuah rawa/danau di daerah Salatiga yang terkenal itu. Sejujurnya cukup mengejutkan juga, karena kisahnya bisa dibilang sama persis. Entah memang kisah ini melegenda di tiap wilayah dengan tempat berbeda atau menyebar ke daerah lain secara turun temurun. Yang saya pahami, tidak ada yang lebih dulu atau lebih akhir muncul. Tapi dari cerita ini, hikmah yang bisa diambil adalah ‘cara memperlakukan orang lain dengan baik’ dan efek yang akan dialami oleh manusia sombong. 

Kedua, ada ‘Kisah dari Kampung Naga’. Pada awal cerita, agak membingungkan karena si tokoh mengatakan dirinya adalah ‘saksi hidup’ sebuah perjalanan panjang. Sempat curiga, kalau tokoh ini bukanlah manusia. Dan benar saja, perlahan menuju akhir, akhirnya dijelaskan kalau tokohnya adalah sebuah pohon yang cukup tua usianya. Menyenangkan rasanya, meski awalnya terasa tertipu, tapi senang dengan akhir cerita yang penuh plot twist. 

Dan terakhir adalah kisah dengan judul ‘Kasur’. Gaya penulis yang interaktif dalam cerita ini membuat pembaca tidak cepat bosan. Ada tiga kisah yang dituturkan dalam cerita ini, sebenarnya. Ketiganya saling berkaitan satu sama lain. Btw, saya juga pernah menyimak cerita ini dari televisi. Sebuah liputan khusus pernah dibuat di televisi untuk membahas kampung ‘tanpa kasur’ ini. Menarik. 

Bicara soal ide, ide adalah rajanya cerita. Tapi apalah artinya raja jika pakaiannya kurang rapi dan kurang sempurna. Kira-kira begitulah buku ini. Secara ide, saya tidak meragukan isinya. Menarik, bergizi dan menyenangkan. Hanya saja masalah tata tulis, kesalahan ketik dan tata letak halaman yang masih banyak mengganggu. Terutama pada cerita-cerita bagian awal. Nyaris saja saya berhenti dan mundur untuk menyelesaikan buku ini, saking banyaknya saltik. Tapi terima kasih untuk Selayang Pandang Situ Sanghiang yang menyelamatkan buku ini, sehingga saya berhasil menyelesaikannya, meski agak tertatih. Sebenarnya ada satu cerita yang dari segi penulisan sudah cukup rapi. Semoga yang lain juga bisa lebih rapi lagi. 

Penutup

Sekian ulasan kali ini. Semoga terhibur, dan selamat terinspirasi. Terima kasih penerbit ernest untuk hadiah buku dan kaosnya. Enakeun euy, kaosnya. Lembut dan adem. 


Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.