Flash Fiction – Bohong

“Kenapa kau terus saja berbohong seperti itu?”

Jelas bisa kubedakan kalau mata itu tidak mengatakan kejujuran. Seperti yang telah lalu dan kemudian di lain hari. Seperti rapal pagi yang tak pernah kau lewatkan, kebohongan itu pun perlahan jadi kebiasaanmu. Hingga pada akhirnya, tidak ada bedanya lagi. Mana kebohonganmu dan mana kejujuranmu.

“Sudah telanjur.”

Bohong

Begitu katamu tiap kali rentetan protes terus saja kudengungkan di telingamu. Meski pada akhirnya, dengungan itu bak angin lewat. Tidak pernah benar-benar berdengung di kepalamu, hingga kau mau mendengarkannya.

“Baiklah, akan kucoba.”

Tiap kali bulir bening nyaris mengalir dari sudut mataku, itu pula yang kau katakan. Meski nyatanya, tidak pernah berbeda dengan sebelumnya dan sebelumnya lagi. Kata-kata itu juga Cuma pemanis sembari kau ulurkan tanganmu menyapu leleran di pipiku.

“Aku lelah.” Ujarku akhirnya. Dan malam itu, pertama kalinya kukatakan kejujuran padamu. Karena selama ini, semuanya memang hanya bohong belaka.

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.