Galau Juga Perlu Disampaikan, Lho

Galau itu nggak salah kok. Selagi masih dalam batas yang tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Galau nggak salah kok, selama diumbar dengan cara yang benar dan tidak membuat orang lain eneg atau kesal dibuatnya. Lah? kenapa parameternya harus selalu orang lain. Ya nggak gitu juga sih. Karena kita hidup di masyarakat dunia nyata maupun dunia maya alias netijen, maka ada beberapa hal yang kemudian menjadi batas atas hak yang kita miliki. Pun menimbulkan serangkaian kewajiban yang kemudian harus dilakukan.
 
galau di medsos

Kok jadi ribet sih?

Di masa sekarang ini, konsekuensi dari pelanggaran atas suatu norma sosial tertentu, kadang jadi lebih menakutkan. Apakah dulu nggak menakutkan? Masih kok, masih menakutkan. Tapi sekarang lebih parah. Karena kita tidak lagi dibebani tanggungjawab setelah melakukan ‘penghukuman’ atas suatu hal. Karena kita bebas melenggang tanpa rasa bersalah, meski sudah menorehkan luka pada orang lain. Itulah konsekuensinya.

Kita bebas menjadi siapa saja di dunia maya. Pun bebas melakukan apapun. Termasuk berkomentar dan melakukan penghukuman terhadap suatu hal ataupun seseorang tanpa disertai tanggungjawab atau beban apapun. Tanpa kita sadari, ungkapan mulutmu harimaumu pun bergeser cantik menjadi jarimu harimaumu.

Balik lagi ke soal galau.

Jadi, beberapa waktu belakangan, galau yang biasanya tersimpan rapat dan rapi, tetiba terumbar keluar. Memang sih, itu semua ada alasannya. Dan tentu akan jadi cerita lain. Tapi, ketika tetiba hal hal yang biasanya tersembunyi rapat itu, dinikmati keluar, maka menjadi bahan pertanyaan banyak orang. “Apa yang terjadi dengannya?” “Kenapa dia?” dan beragam pertanyaan lainnya.

Dari banyak pertanyaan itu, ada hal hal yang menjadi semakin menarik. Saat ada direct message masuk, menanyakan apdetan yang beredar dan menawarkan bantuan. Olala ... luar biasanya media sosial. Ketika sesuatu yang berbeda dari biasanya terjadi, ketika galau terumbar keluar, padahal biasanya tersimpan rapi dan rapat, ternyata mengundang solusi. Ya, sebuah solusi pun ditawarkan sebagai ‘obat’ atas kegalauan yang terungkap dan terucap. Terimakasih, begitu caranya.

Ungkapan terimakasih pun beredar setelahnya. Kadang, galau memang harus diungkapkan. Sesekali saja lah, jangan tiap kali. Karena kalau tiap kali, pasti akan jadi hal biasa dan membosankan. Karena galau yang diungkapkan sesekali, seperti bisul yang akhirnya pecah, maka ia akan menarik solusi ke dekatnya.

Sebuah cerita menarik dari menawarkan kegalauan. Bukan untuk jadi status. Tapi sebagai cara agar kawan lama kembali berkomunikasi dan sebagai cara untuk memberikan solusi.

Terima Kasih

Terima kasih, kawan. Atas inspirasi tulisan ini. Selamat menggalau, hehehehe

(sory ya, lagi nggak jelas mau nulis apa ini sebenarnya. Ya akhirnya seperti ini yang keluar dari dalam kepala. Apa yang keluar, ditulis gitu aja. Agak abstrak memang. Nggak harus dimengerti kok. Cukup dinikmati saja, hehehe)


Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.