FF-Cinta Kontrak Lelaki Berkemeja Biru 1

Tidak ada yang istimewa tentang kita. Hanya dibatasi pukul tujuh pagi hingga tiga sore, itu saja. Bahkan ratusan hari sudah berlalu sebelumnya. Jelas hati itu pun sudah termiliki.

Hanya saja, ada satu alasan yang setelahnya memaksa hati. Menyemai sebenih rasa. Yang pantang tumbuh subur. Yang pantang kembang dan mekar. Yang pantang menjadi milik apalagi memiliki. Hanya saja ... ya hanya saja.

 

Setidaknya, waktu tidak memaksa semua jadi membingungkan. Tidak ada kekata istimewa. Tidak ada wewaktu yang berbeda dari yang lain. Tidak ada pepesan di banyak malam panjang. Hanya cuitan singkat penuh basa basi. Hanya kesibukan sehari hari dari hal membosankan bernama pekerjaan.

Bertahan, membiarkannya mekar sebentar, atau cepat cepat menyingkirkannya? Bukankah sudah jelas kalau hal itu akan berakhir pada luka yang kembali menganga. Perih, tapi bodoh. Bodoh untuk dimulai, dinikmati dan dijalani. Bodoh, untuk kembali berlindung dalam bebayang tak terucapkan, tak terkatakan.

Apa yang akan terjadi esok? Tidak ada yang tahu. Hei, hati. Apa sebenarnya maumu? Memangnya kau siap untuk kembali patah lagi, kembali luka lagi? Tapi kenapa kau masih berkeras bertahan. Itu konyol kan. Bodoh, bahkan ... 
***

“Dania, pinjam motor dong,” lelaki dengan kemeja biru itu berjalan di antara jarak sempit antar meja, mendekati meja paling belakang.

Gadis yang dipanggil Dania kaget. Beburu ia menutup halaman tulisannya. Merasa perlu menyembunyikan, tidak hanya perasaannya saja, tapi juga kecanggungannya.

Menyadari pinta dari si pria berkemeja biru, Dania mencari kunci motor yang tadi ia letakkan di belakang laptop. Kunci motor dengan gantungan kotak kotak biru putih itu pun berpindah tangan. “Nitip salad buah sekalian ya,” pintanya kemudian.

“Siap!” lelaki berkemeja biru itu mengiyakan dan berbalik. Pelan berjalan ke arah pintu lalu menuju tempat parkir motor di sisi utara ruangan itu.

Dania menyentuh bagian tengah alat bantu melihatnya, mengembalikan posisi benda itu yang melorot tadi. Masih jelas dari sana, Dania tidak bisa mengalihkan pandangan dari si pria berkemeja biru. “Tuhan, izinkan aku jatuh cinta sebentar saja padanya. Paling tidak, sampai kuselesaikan naskah ini. Kalau naskah ini sudah selesai, nanti boleh Kau cabut lagi rasa cinta ini,” bujuk Dania dalam hati.


Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.