Review Novel Kuburan Gagak (Rezawardhana)

Daftar Isi [Tampil]
    Novel pertama dari penulis Rezawardhana yang aku baca nih. Pas pertama kali baca judulnya, entah kenapa kepikiran soal ‘urban-thriller’. Jadi, berasa kayak cerita yang hadir di sekitar alias deket-deket aja. Terjadi, tapi tidak semua menyadarinya. Ada, tetapi tidak semua terlibat ataupun terpengaruh. Aheeee ... udah ah. Langsung simak review novel Kuburan Gagak berikut ini aja deh.

    review novel kuburan gagak

    Kuburan Gagak

    Penulis: Rezawardhana
    Penerbit: Raven Publishing
    Tahun terbit: Juli 2022
    Jumlah Halaman: 375 hal
    ISBN: 978-623-91078-3-3
    Harga: Rp78.000,-


    Sinopsis Singkat

    Setelah kematian bapaknya, Biyas menjadi yatim piatu sampai akhirnya pamannya menawarinya tempat tinggal dan keluarga baru.
    Selain harus meninggalkan sahabatnya, Biyas rupanya harus mendapati kenyataan pahit tentang desa tempat ia tinggal dan sebuah rahasia kelam tentang desanya.
    Bertahun-tahun kemudian, Hilbram Handaru mendapatkan undangan dari Devina dan teman-teman komunitasnya untuk pergi berlibur di sebuah pantai.
    Sesuatu hal buruk terjadi setelah kepergian mereka, bahkan polisi mencurigai adanya kaitan dengan ‘setan’ yang pernah mereka hadapi di sebuah desa kecil di Tuban.


    Review Kuburan Gagak

    Sepertinya ketertarikanku pada novel-novel dengan genre dan judul seram, sedang naik ya. Bulan ini saja sudah dua novel dengan judul cukup seram selesai kubaca. Bukan seram karena horornya. Tapi seram karena menggunakan kata-kata yang cukup berani.

    Seperti aku tulis di atas, tebakanku soal ‘urban-thriller’ ternyata tidak meleset jauh. Karena yang dibahas memang tentang kisah horor di sebuah masyarakat. Kali ini yang disorot adalah kisah ‘Bukit Gagak’. Sebuah bukit yang diceritakan sebagai tempat yang seram dan selalu dihindari oleh penduduk desa di sekitarnya. Here we go.


    Tentang Biyas Mintari

    Biyas Mintari, sebuah nama yang unik. Di awal cerita, penulis sudah memunculkan nama ini. Kesannya manis dan cantik. Dan aku berpikir soal rona bersinar di wajah si pemilik nama itu, ibarat berkas-berkas sinar matahari yang masuk lewat celah jendela ke dalam rumah. Hangat dan menyenangkan. Tapi, ohooo ... aku salah terka soal ini.

    Cerita diawali dari kisah Biyas. Sosok anak kecil yang cantik tetapi misterius. Setelah ibunya pergi, lalu ayahnya meninggal, Biyas pun ikut pamannya ke sebuah desa di daerah Tuban, Jawa Timur. Biyas yang tadinya tinggal di tengah kota Surabaya, terpaksa harus pindah ke sebuah pedesaan terpencil. Jelas, ini bukan hal mudah bagi Biyas. Tapi, keadaannya yang jadi bahan perundungan teman-teman barunya, ternyata jadi salah satu penyebab karakter Biyas di masa dewasanya nanti.


    (Bukan) Kisah Pertama Hilbarm Handaru

    Karakter penting lain dalam novel ini selain Biyas, adalah Hilbram Handaru. Latar belakangnya juga diceritakan di awal novel ini. Dan seharunya, novel Kuburan Gagak ini bukanlah novel pertama yang menceritakan kisah Hilbram Handaru.

    Kehilangan ayahnya akibat sebuah kecelakaan, dan harus melewati masa-masa sulit berdua bersama ibunya, ternyata juga membentuk karakter Hilbram. Sosok misterius, ceplas ceplos bahkan terlalu jujur jika bicara, tetapi punya rasa keadilan yang tinggi. Setidaknya itu yang mendorong Hilbram sedikit nekat.


    Alur Cerita dan Kisah Gagak

    Cerita diawali dari kisah masa kecil Biyas. Lalu cerita lompat ke kisah Hilbram dan teman-temannya. Sebenarnya, di awal aku agak heran sih. Jadi, mana nih cerita soal gagaknya?

    Sebelum menulis ulasan ini, aku sempat baca ulasan seseorang di goodreads tentang novel ini. Jadi, menurutnya, cerita di novel ini memang alurnya cenderung lambat di awal. Kisah Hilbram bersama Devina dan kawan-kawan komunitasnya diceritakan secara detail. Mungkin sebenarnya, penulis ingin membangun latar belakang yang lengkap sebelum memulai inti ceritanya. Dan ya, akhirnya aku paham, kalau di awal, novel ini memang agak lambat panas. Terutama pada bagian Hilbram, Devina dan kawan-kawannya.

    Tapi, cerita menjadi lebih cepat, dinamis serta masuk ke alur crime-thriller setelah melewati setengah bagian novel. Dari sini, alur cerita menjadi lebih jelas, cepat, dan menyenangkan untuk disimak. Dan ya, jelas tidak bikin ngantuk.

    Loh, gagaknya mana? Awalnya agak bingung juga sih. Ini apa hubungan Biyas Mintari dengan Hilbram Handaru? Karena memang sejak awal, mereka tidak berada pada garis waktu yang sama ataupun berada di tempat yang sama.

    Dan ketika cerita sudah dua-pertiga novel, akhirnya baru deh muncul hubungan antara Biyas dengan Hilbram. Untung aku sabar untuk mengikuti ceritanya, hehe. Jelas, di sini makin menarik ceritanya. Dan ya, akhirnya aku bisa menangkap beberapa clue yang memang sebenarnya sudah disebar penulis sejak awal cerita.

    Seperti aku bilang di awal, kesan urban thriller memang kuat dari novel ini. Cerita soal gagak ternyata berasal dari Bukit Gagak. Ini menarik, karena tokoh burung gagak asli ternyata juga muncul dalam ceritanya.


    Kejutaaaan!

    Rasanya novel crime tidak seru tanpa kejutan. Salah satu hal yang paling membuatku terkejut adalah karakter ‘sahabat’ Biyas. Bukan hanya muncul di awal cerita saja, tetapi ternyata muncul sepanjang cerita. Menjadi karakter tak terduga, tetapi ternyata punya peran penting terhadap Biyas dan kisahnya. Hingga mereka diberi julukan ‘Pasangan Gagak’

    Aku suka dengan gaya penulis yang memberikan informasi soal sejumlah pantai menarik di deretan laut selatan, tepatnya di Pacitan, yang jadi salah satu latar cerita di novel ini. Sebuah pantai eksotis yang masih perawan dan memang sangat layak untuk disinggahi, suatu saat. Asalkan tanpa cerita seramnya sih, hehe

    Satu hal lain yang tidak boleh tidak untuk dikomentari, peran polisi. Meski Hilbram memiliki insting tajam bahkan kadang selangkah lebih dulu dibanding polisi, tapi peran polisi di sini tidak bisa diabaikan begitu saja. Jangan gemas karena polisi terlalu taat aturan dan atau harus sesuai arahan atasan. Karena memang, seperti itu SOP-nya. Dan karakter Hilbram inilah pelengkapnya. Jangan heran kalau ada sosok polisi arogan yang membenci Hilbram. Tapi ada juga yang justru memberikannya kesempatan. Memang harus seperti itu ceritanya.

    Untuk informasi lainnya, seputar catur, fotografi, serta psikologi, aku acungi jempol, penulis bisa menghadirkannya dengan cara sederhana. Tidak muluk-muluk harus detail, tapi sudah cukup sebagai pendukung cerita.


    Penutup

    Terakhir, sebelum penutup, hanya mau bilang kalau ingin ketemu dengan Hilbram. Apakah dia terinspirasi dari dunia nyata atau tidak, tapi karakternya menarik.

    Akhirnya bisa menyelesaikan membaca buku ini juga, di sela-sela kegiatan. Ya memang membaca itu butuh waktu. Bukan menggunakan sisa waktu luang, tapi benar-benar harus meluangkan waktu. Sampai jumpa di tulisan dan review buku lainnya. Selamat penasaran, selamat membaca.

    10 komentar:

       
    1. Novelnya bisa beli dimana mbak?
      Sepertinya ceritanya sangat menarik, cerita misteri.

      BalasHapus
    2. Ceritanya bagus mbak menarik sekali. reviewnya pun cukup lengkap.

      BalasHapus
    3. Dari judulnya saja udah menarik, jadi tertarik untuk baca nih setelah baca review Mbak Bening, nama2 tokohnya juga sudah mengandung misteri ya Mbak..

      BalasHapus
    4. Aku suka cerita genre thriller seperti ini apalagi kalau tempat kejadiyatau settingnya asli dan ada urban legend nya ya, pengen bikin cerita seperti ini tapi untuk anak..

      BalasHapus
    5. terinspirasi dari dunia nyata atau tidak itu keren bangettt! jadi pengen beli novelnya dan baca selengkapnya nih

      BalasHapus
    6. ini alurnya bikin penasaran hahaha, aku kalau baca pasti ga berani malem2 karena cenderung menegangkan

      BalasHapus
    7. Lama nggak ngereview buku, nih, Mba. Baca artikel Mba bikin semangat balik lagi. Btw, buku ini lumayan tebal juga, ya, Mba. Saya belum pernah coba baca buku setebal ini.

      BalasHapus
    8. Jadi penasaran pengen baca bukunya. Berarti ada beberapa novel yang hadir Hilbram sebagai tokohnya juga kali ya?

      BalasHapus
    9. Menarik sih dari segi judul sudah bikin aku penasaran dengan ceritanya. Sepertinya bagus walaupun tebal sekali bukunya

      BalasHapus
    10. Wah baca novel seru banget, apalagi setelah itu diulas. Jadi pingin baca novel tapi belum punya, kayaknya novel ebook aja deh. Hehe

      BalasHapus

    Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

    Note :

    Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

    Diberdayakan oleh Blogger.