Review Novel Hilang di Wonju by Tsugaeda

Daftar Isi [Tampil]
    Kalau lidah sudah cocok dengan suatu makanan, biasanya akan balik lagi dan makan makanan yang sama. Sepertinya hal itu berlaku juga dengan penulis. Kalau sudah telanjur nyaman dengan tulisan seorang penulis, maka akan balik lagi dan membaca karya selanjutnya.

    Oke, jadi ini adalah karya bang Tsugaeda ke---sekian yang aku baca dan review. Sampai lupa berapa buku, hehe. Dari postingan IG-nya yang baru pulang residensi penulis di Korea, aku bisa nebak sih, kalau bakalan ada oleh-oleh menarik ini. Dan taraaaa ... bener kan, oleh-olehnya akhirnya launching juga. Yup, novel terbarunya bang Tsugaeda dengan latar belakang Korea.

    Oke, ini bukan dalam rangka demam Kpop dan Kdrama ya. Tapi sebagai pencinta novel thriller suspense, dan penyuka Kdrama dengan genre serupa, aku seneng banget. Btw, buku ini rupanya mendarat lebih cepat di tempatku meski masa PO belum berakhir. Eh boleh kan ya sudah tulis ulasannya, meski masih masa PO? Hehehe ... gak sabar buat membagikan betapa nikmatnya kembali bisa membaca dalam sekali-dua kali duduk karena isi novelnya yang bikin enggak mau beranjak.

    novel hilang di wonju

    Hilang di Wonju

    · Penulis: Tsugaeda
    · Penerbit: PT Elex Media Komputindo
    · Tahun Terbit: Cetakan pertama 2025
    · Jumlah Halaman: vi + 186
    · Genre: Action, Suspense
    · No. ISBN: 978 – 623 – 00 – 7219 – 2
    · Harga: Rp85.000,-

    Sinopsis Singkat Novel Hilang di Wonju

    Karir Iptu Hani Rustaman di ujung tanduk akibat suatu insiden yang terjadi. Dalam situasi yang serba tidak pasti, Iptu Hani yang sedang ‘off’ dari dinas rutinnya, ditugaskan untuk menangani suatu kasus di Korea Selatan. Tanpa sempat berpikir panjang dan punya banyak waktu bersiap, Iptu Hani langsung berangkat.

    Iptu Hani diberi tugas untuk membantu kepolisian Korea untuk menyelidiki kasus hilangnya seorang gadis asal Indonesia yang tengah berada di Korea Selatan, bernama Felisia. Penugasan singkat di Korea ini seharusnya jadi penyelamat karir Iptu Hani. Sayangnya, kehadirannya sempat diremehkan dan tidak dianggap oleh polisi setempat. Meski demikian, Iptu Hani tetap bertekad untuk menyelesaikan tugasnya kali ini dan kembali ke Indonesia. Baginya, ini adalah kesempatan untuk membuktikan bahwa ia masih layak disebut polisi, sekaligus menebus masa lalunya.

    Dalam penyelidikannya, Iptu Hani dibantu Detektif Lee Kyungseok, seorang polisi lokal yang—sebenarnya diremehkan juga oleh tim-nya—yang ditugaskan menemani Iptu Hani berkeliling, bukan untuk menyelidiki tapi untuk menghabiskan waktu saja. Meski tugas awalnya hanya menemani Iptu Hani berkeliling saja, Lee Kyungseok akhirnya serius menangani kasus ini karena melihat kesungguhan Iptu Hani. Ia pun akhirnya mau berbagi informasi pada Iptu Hani dan mereka bersama-sama menelusuri jejak yang ditinggalkan Felisia.

    Petunjuk demi petunjuk bermunculan, mulai dari koper misterius yang dibuang begitu saja, desas-desus tentang seorang pembunuh berantai yang dikenal dengan julukan “Pembunuh Saputangan”, hingga berbagai ritual aneh yang berkaitan dengan angka tujuh. Setiap detail seakan mengarahkan Hani pada kebenaran, tapi sekaligus memperbesar risiko yang harus ia hadapi.

    Ketegangan semakin meningkat ketika Iptu Hani menyadari bahwa kasus ini jauh lebih rumit daripada sekadar penculikan biasa. Di balik hilangnya Felisia, tersimpan jalinan rahasia kelam yang melibatkan banyak pihak dan kepentingan. Langkah Iptu Hani untuk membongkar misteri di Wonju bukan hanya soal menyelamatkan seorang gadis, tetapi juga perjuangan untuk bertahan hidup dan membuktikan harga dirinya.


    Review Novel Hilang di Wonju

    Meski namanya ‘Hani’, entah kenapa pertama kali baca ringkasannya aku berpikir kalau dia adalah laki-laki. Apalagi nama panjangnya ‘Rustaman’. Eh ternyata Iptu Hani adalah seorang wanita. Aku suka dengan karakter utama wanita, tapi yang superwoman, bukan yang menye-menye, hehehe

    Saat membaca novel ini, aku teringat kasus yang diangkat pada sejumlah drama korea tentang pembunuh berantai. Sebut saja kasus pembunuh berantai di drama Gad-Dong (2014), Signal (2016), Tunnel (2017), Mouse (2021) dan lain-lain, yang jadi latar belakang cerita. Nah latar belakang ini juga yang digunakan oleh Tsugaeda untuk menyusun novelnya. Jadi, sepanjang baca novel, aku berasa nonton drama korea, hehehe

    Novel Hilang di Wonju karya Tsugaeda kali ini hadir dengan nuansa misteri yang segar. Berbeda dengan beberapa buku lamanya, sebut saja Sudut Mati, Rencana Besar, Efek Jera, Muslihat Berlian, Sisi Liar dan lain-lain, maka Hilang di Wonju benar-benar fresh. Cek langsung review masing-masing buku itu di blog ini juga ya. 

    sampul novel hilang di wonju

    Pada buku ini, Tsugaeda mengajak pembaca mengikuti kisah kriminal berlatar belakang Korea. Bahkan bukan di kota besarnya seperti Seoul, tapi Wonju. Perpaduan budaya, perbedaan sistem kepolisian, serta dinamika karakter lintas negara membuat cerita ini terasa unik dan berbeda dari novel thriller kebanyakan.

    Sejak awal, pembaca sudah disuguhi atmosfer penuh tanda tanya, dengan hilangnya seorang gadis sebagai pemicu konflik utama. Dari sana, cerita berkembang menjadi rangkaian misteri yang rumit, dipenuhi simbol, rumor, dan teka-teki yang membuat penasaran. Tsugaeda berhasil menghadirkan ketegangan yang konsisten, sambil tetap menjaga alur agar nyaman diikuti. Novel ini bisa jadi pilihan tepat bagi yang rindu kisah detektif dengan sentuhan internasional dan twist yang sulit ditebak.

    Aku menyelesaikan membaca buku ini tidak terlalu lama, mungkin hanya dua kali duduk dalam satu hari saja. Tidak terlalu panjang, jika dibandingkan dengan novel-novel Tsugaeda yang lain.

    Hal Menarik dari Novel Hilang di Wonju

    Ada banyak hal menarik dari novel Hilang di Wonju ini. Pertama, ide ceritanya yang unik. Ini pertama kalinya aku baca novel Indonesia dengan latar belakang Korea Selatan tetapi mengambil kasus kriminal dan melibatkan polisi Indonesia sebagai tokoh utama. Perpaduan lintas negara ini tidak hanya menghadirkan suasana baru, tapi juga membuat cerita menarik karena pembaca bisa melihat perbedaan budaya, sistem hukum hingga cara kerja para polisinya. Meski masih ada samanya juga sih.

    Kedua, soal tokoh utamanya. Iptu Hani Rustaman sebagai polisi Indonesia, tidak digambarkan sebagai sosok yang sempurna. Tapi seseorang yang sedang jatuh dan justru hampir kehilangan segalanya. Justru pada saat berada di titik terendah itu, Iptu Hani berkembang menjadi karakter yang relatable dan penuh perjuangan. Sikap pantang menyerahnya meski diremehkan pihak kepolisian Korea menjadikan Iptu Hani sosok yang inspiratif.

    Ketiga, yang menonjol adalah detail misterinya. Tsugaeda menyajikan petunjuk yang terasa hidup—mulai dari koper yang ditinggalkan secara misterius, rumor tentang “Pembunuh Saputangan”, hingga simbol angka tujuh yang penuh teka-teki. Semua elemen ini menambah atmosfer mencekam sekaligus membuat pembaca ikut berpikir dan menebak-nebak siapa pelaku sebenarnya. Deskripsi tentang tempatnya juga tidak sekadar tempelan, tapi justru jadi penguat dalam cerita. Alur yang terjalin rapat dengan detail-detail tersebut menghadirkan sensasi membaca layaknya menyaksikan drama kriminal internasional.

    Keempat, hal yang tidak hilang dari Tsugaeda—setelah membaca novel-novelnya sebelumnya—adalah gaya penceritaan yang tetap menarik. Narasi yang lugas, alur cepat, serta penokohan yang jelas membuat novel ini mudah diikuti meski penuh intrik. Suasana mencekam dibangun secara bertahap, tidak langsung meledak di awal, sehingga pembaca bisa merasakan intensitas yang semakin meningkat. Ini menjadikan novel nyaman dibaca oleh pecinta thriller pemula maupun pembaca yang sudah terbiasa dengan genre misteri.

    Terakhir, Hilang di Wonju karya Tsugaeda ini tetap menghadirkan sentuhal lokal yang unik meski dengan nuansa internasional. Meski sebagian besar cerita berlangsung di Korea, sudut pandang Hani sebagai polisi Indonesia memberi warna khas yang berbeda. Novel ini tidak hanya sekadar menghadirkan hiburan, tapi juga membuka ruang refleksi tentang arti kegigihan, harga diri, dan perjuangan melawan keterbatasan. Semua elemen itu membuat Hilang di Wonju layak direkomendasikan bagi pecinta misteri, thriller, maupun pembaca yang ingin mencoba pengalaman baru dalam menikmati novel kriminal.

    Kelebihan

    Oke, kali ini aku mau merangkum kelebihan dari novel Hilang di Wonju ini. Pertama adalah premisnya yang segar dan jarang ditemui di novel Indonesia, yakni berlatar belakang lintas negara yakni Kota Wonju di Korea Selatan. Cerita ini jadi unik karena merupakan thriller lokal tetapi rasa internasional. Kedua, karakter utamanya Iptu Hani digambarkan sebagai orang yang realistis, tidak sempurna sebagai manusia. Tetapi tetap gigih dan pantang menyerah, sehingga terasa dekat dengan pembaca.

    Kelebihan lainnya adalah detail misteri dan alur yang rapi. Tsugaeda berhasil meramu petunjuk-petunjuk kecil menjadi rangkaian teka-teki yang menarik untuk dipecahkan, sehingga pembaca ikut hanyut dalam proses investigasi. Narasinya yang mengalir cepat dengan suasana mencekam yang terbangun bertahap membuat novel ini tidak membosankan. Hal ini menjadikan Hilang di Wonju cocok dinikmati baik oleh penggemar thriller kawakan maupun pembaca yang baru mencoba genre ini.

    Kekurangan

    Di balik kelebihannya, ada beberapa hal yang menurutku kurang dari novel Hilang di Wonju ini. Pertama, beberapa bagian terasa terlalu cepat diselesaikan jadi konfliknya jadi kurang mendalam. Kedua, detail tokoh sampingan yang kurang dieksplorasi lebih jauh, seperti dinamika hubungan antar tokoh sampingan atau latar budaya Korea yang bisa menambah kekayaan cerita. Meski tidak mengurangi ketegangan utamanya, hal ini membuat sebagian pembaca mungkin merasa ada bagian yang masih menggantung.

    Meski demikian, kekurangan ini masih relatif bisa diterima sih. Tanpa mengurangi keindahan cerita dan keasyikan membaca.

    Rekomendasi untuk Pembaca

    Kalau kamu suka novel bernuansa misteri, suspense dan invesitgas, maka novel Hilang di Wonju ini pilihan yang tepat. Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin merasakan pengalaman membaca cerita detektif dengan sentuhan khas Indonesia namun dibalut suasana Korea Selatan yang berbeda dari biasanya. Novel ini juga direkomendasikan bagi siapa pun yang gemar mengulik teka-teki, menyusun potongan peristiwa, dan menikmati cerita dengan ketegangan yang konsisten. Singkatnya, Hilang di Wonju bisa menjadi teman baca yang memacu adrenalin sekaligus membuka wawasan baru tentang gaya penulisan thriller lokal yang segar dan berani.
     

    Penutup

    So, ini bagian penutupnya. Selesai membaca, aku Cuma mikir ... udahan ini? Rasanya masih kurang panjang saat baca novel ini. Ini bukan sekadar ‘perasaan’ saja ya, karena menurutku di akhir novel, masih banyak hal yang belum selesai, jadi memang sebaiknya ada lanjutannya atau versi berikutnya. Ditunggu deh, penulis Tsugaeda.

    Kalau diminta memberi rating, aku kasih 9/10, soalnya aku masih perlu lanjutannya. Sampai jumpa di tulisan lainnya.


    Tidak ada komentar:

    Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

    Note :

    Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

    Diberdayakan oleh Blogger.