Phanoongan Cafe, Dari Jembatan jadi Cafe Hits

 Akhirnya bisa jalan-jalan lagi, hehe. Kali ini jalan-jalannya enggak jauh-jauh amat dan tanpa rencana. Tapi yang namanya tanpa rencana, ternyata tetap anak dinikmati juga ya.

Setelah marem jalan-jalan di Car Free Day alias CFD, perut pun sudah kenyang, rupanya suasana cerah di hari Minggu pagi memang memanggil untuk melanjutkan aktivitas di luaran. Yup, tanpa rencana, dan bermodal sedikit info dari media sosial, akhirnya memantapkan hati menuju sebuah tempat nongkrong yang katanya lagi hits.


Perjalanan ke Phanoongan Cafe

Phanoongan Cafe dan taman. Yup, kira-kira namanya begitu. Dari kota Majenang, perjalanan berarah ke timur lalu naik ke arah desa Bener. Jalanan utamanya sebenarnya halus, khas jalur desa. Dengan beberapa dekorasi lubang di sedikit bagian jalan. Bukan hal aneh sih, masih bisa dihindari.

Hingga akhirnya perjalanan pun tiba di pintu gang dengan petunjuk arah ‘Phanoongan Cafe’. Nah dari sini, perjalanan yang agak tidak ramah pun dimulai. Jalanan jauh lebih berwarna dengan lebih banyak lubang, tambalan serta bebatuan besar yang ditata untuk mengisi jalanan. Eits, tapi jangan salah, di kiri dan kanannya rapi berjejer rumah-rumah khas desa dengan sumber air dari selang. Hmmm ... ini juga bikin kangen desa tanah kelahiran deh.

Baca juga Jalan-jalan Air Terjun Panto Cinagara

Beberapa ratus meter kemudian, jalanan makin sempit. Dengan model petunjuk arah lagi, kami belok. Kali ini gang yang lebih kecil lagi, dengan bebatuan yang ditata rapi sebagai jalah. Haduh ... ini benar-benar makin tidak ramah. Tapi modal nekat dengan motor, akhirnya kami pun tiba di tempat tujuan. Tentu setelah turunan cukup curam di akhir jalanan.

Kenalan dengan Phanoongan Cafe

Phanoongan Cafe ternyata adalah sebuah cafe yang berada persis di sisi sungai Cijalu. Nah sebenarnya, obyek utama aslinya adalah sebuah jembatan gantung yang dicat warna-warni. Dari awal jembatan inilah akhirnya merembet pada obyek lainnya.

Phanoongan cafe arah taman
sumber: google

Tiket masuknya 5000 per orang. Kalau pangen jalan-jalan dulu, bisa lah. Sebelum jembatan ada beberapa batang bambu yang ditata dan dicat warna-warni cantik sebagai hiasannya. Lalu jembatan gantung dengan kawat di sisi kanan dan kirinya dan kayu yang ditata sebagai alasnya. Nah di seberang jembatan ini, alias sudah masuk area hutan, ada taman yang memang sengaja ditata.


Area Taman

Taman ini dibagi dua bagian. Bagian pertama, dengan beberapa spot foto dan tenda yang sudah digelar cantik. Mungkin konsepnya glamping begitu deh. 

phanoongan cafe
sumber: google

Bagian kedua, sepertinya masih baru ini. Dan untuk kesana, harus bayar 5000 lagi. Konsepnya taman dengan beberapa spot foto dan mainan anak. Tapi pas kami kesana, suasana masih sepi. Mungkin terlalu pagi.


Area Cafe

Puas berjalan-jalan di taman—yang sebenarnya tidak terlalu luas—kami balik ke area cafe. Setelah pesan minum, kami pun duduk di pojok cafe sambil menikmati gemericik air di sebelah yang berbatasan langsung dengan sawah. Serta memandangi sungai di sisi cafe lainnya. Eits, tidak lupa juga dengan backsoud lagu-lagu yang dinyanyikan secara live orang seorang kru cafe.

sudut phanoongan cafe
sumber: koleksi pribadi

Karena masih sepi, jadi kami bebas goleran di cafe-nya sendiri. Untuk menu-nya, sebenarnya menu standar ya. Ada beberapa menu kopi dan jus. Lalu makanan berat. Tapi kali ini kami Cuma pesan kopi hitam dan jus alpukat. Btw, aku suka jus alpukatnya, karena less sugar. Padahal enggak minta lho sama si mbaknya.

sungai di sisi phanoongan cafe
sumber: koleksi pribadi

Oh iya, sebenarnya bisa juga lho main air di kawasan sungainya ini. Pengelola juga menyediakan pelampung dan ban yang bisa disewa sesuai kebutuhan. Apalagi hari ini sebenarnya air sungai sedang tidak besar, lantaran hari sebelumnya tidak hujan. Harusnya pas banget ya, bisa main air. Sayangnya, perjalanan tidak terduga ini memang tanpa rencana. Jelas kami tidak bawa perangkat main air sama sekali. So, lupakan sejenak main air. Cukup nikmati siang yang sejuk dengan semilir angin dari pepohonan pinus yang wangi serta mendengarkan gemericik air dari sawah dan sungai di sebelah cafe.


Makin siang, ternyata makin ramai. Ada satu rombongan mak-mak yang datang kemudian. Disusul sejumlah motor yang dibawa oleh anak-anak—yang dari wajahnya—remaja usia sekolah. Karena makin ramai, akhirnya kami memutuskan untuk cabut.

Perjalanan pulang jelas terasa lebih cepat dari awalnya. Kalau tadi pas datang jalanan turun, maka ketika kembali, jalanan kami cukup naik. Mengingat jalanan yang berasal dari batuan yang ditata, jadi makin terasa terjalnya.

Penutup

Kesan? Hmmm ... mungkin kalau bisa kembali main kesini lagi, berharap sih jalanannya sudah lebih baik dan tidak terlalu berwarna. Mengingat sepertinya cafe ini harusnya bisa bertahan lebih lama dari perkiraan. Ya meski yang namanya orang Majenang itu, kalau sudah terpuaskan rasa penasarannya, ya sudah sih, hehe.

Yang perlu diperbaiki? Pertama, jelas jalannnya. Kedua area tamannya dibuat lebih asyik lagi. Ketiga, mungkin bisa juga dibuka sampai malam. Mengingat gaya hidup remaja saat ini yang suka menikmati malam di cafe.


Oke, segitu saja ceritaku tentang Phanoongan cafe dari jalan-jalan tidak terduga ini. Sampai jumpa di jalan-jalan edisi lainnya. Dan semoga bisa nemu tempat lain yang tidak kalah seru dan menyenangkan lagi. Oh iya, kemarin enggak banyak ambil foto sih. Jadi beberapa foto diambil dari media dan sebagian yang lain, koleksi pribadi. 

1 komentar:

   
  1. Kirain di Thailand atau Philipine gitu nama cafenya Phanoongan, wkwkwk

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.