9 Manfaat Membaca Fiksi

Beberapa waktu yang lalu, saya sempat menyimak obrolan di menfess twitter. ‘Aku sukanya baca novel, baca wattpad. Itu enggak bikin bodoh kan?’ Lalu, jawaban di bawahnya, ‘Emang kenapa kalau baca novel, baca wattpad? Ada yang salah?’ 

Yang ingin saya tanyakan, memangnya kenapa sih kalau membaca cerpen atau novel yang merupakan karya fiksi? Kan sama-sama membaca? Tetapi kenapa seolah dibedakan? Anggapan kalau karya fiksi tidak ada gunanya memang masih adaaaa saja. 

Anggapan kalau buku-buku ilmiah bermanfaat dan meningkatkan kualitas diri, serta memberi banyak pengetahuan, juga tidak salah. Hanya saja, kenapa harus membedakan dengan karya fiksi? Seolah karya fiksi itu tidak ada gunanya kecuali untuk hiburan saja. 

gambar buku dan bunga
sumber: pixabay

Manfaat Membaca Tulisan Berbentuk Fiksi

Nyatanya, selama berabad-abad, buku dan karya fiksi ternyata membantu manusia sebagai bentuk terapi. Fiksi memiliki cara unik untuk bisa memahami manusia. Nah, berikut beberapa alasan (didukung fakta ilmiah) manfaat membaca karya fiksi yang wajib diketahui: 

Fiksi untuk Meningkatkan Empati 

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk melatih rasa empati. Rasa ini mengajarkan kita untuk peduli terhadap situasi atau perasaan yang tengah dihadapi orang lain. Dan karya fiksi bisa jadi salah satu cara untuk melatihnya. 

Pernah membaca buku dan kemudian perasaan menjadi campur aduk, sedih, senang, kesal, geram? Bahkan seperti bisa merasakan semua hal yang dirasakan tokoh dalam karya fiksi itu. Itulah empati. Tidak semua orang punya kesempatan untuk belajar dari tiap orang di sekelilingnya. Tapi fiksi membantu melatihnya. 

gambar apel di atas buku
sumber: pixabay

Ini benaran? Yup, betul sekali. Peneliti dari Washington University di St. Louis melakukan pengamatan pada otak para pembaca fiksi. Mereka kemudian menemukan fakta bahwa subjek uji ini menciptakan simulasi mental yang intens terhadap pemandangan, gerakan, suara, dan selera yang mereka temui dari naskah fiksi. 

Sederhananya, otak para subjek uji ini menunjukkan reaksi seolah mereka benar-benar mengalami peristiwa yang mereka baca. 

Fiksi membantu Meningkatkan Hubungan Interpersonal 

Sejalan dengan membantu meningkatkan empati, fiksi juga membantu membangun hubungan interpersonal. Kemampuan untuk berempati terhadap orang lain akan membuat orang bisa memilah sikap atau ucapan seperti apa yang harus dia lakukan saat berhadapan dengan orang lain. 

Di sini, fiksi berperan sebagai simulasi, seperti halnya dalam komputer, seperti yang disarakan oleh seorang profesor psikologi kognitif di Universitas Toronto kepada pembaca New York Times. Fiksi, Dr. Oatley mencatat, "adalah simulasi yang sangat berguna karena merundingkan dunia sosial secara efektif, mengharuskan kita untuk menimbang banyak sekali contoh interaksi sebab-akibat. 

Sama seperti simulasi komputer yang dapat membantu kita mengatasi masalah yang rumit seperti menerbangkan pesawat atau memperkirakan cuaca. Jadi novel, cerita, dan drama dapat membantu kita memahami kompleksitas kehidupan sosial. " 

Membaca Buku Secara Umum Menguatkan Mental 

Sudah menjadi rahasia umum jika membaca membantu otak untuk tetap aktif dan mencegah kepikunan dalam jangka waktu pendek. Artinya, dengan membaca otak akan terlatih dan terbiasa menyimpan informasi dalam jangka waktu panjang.

gambar buku cokelat terbuka
sumber: pixabay

Dalam sebuah jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, disebutkan bahwa pembaca buku mengalami penurunan daya ingat yang lebih lambat jika dibandingkan dengan non pembaca. Pembaca buku memiliki tingkat penurunan mental 32 persen lebih rendah jika dibandingkan dengan non-pembaca. 

Fiksi Membuka Pikiran Lebih Inklusif 

Karya fiksi memiliki berbagai karakter, tokoh, alur, waktu, dan tempat. Setiap cerita memiliki keunikannya masing-masing. Dan mereka menjadi cerita yang banyak dinikmati karena perbedaan dan keunikannya itu. 

Dalam penelitan yang diterbitkan Journal of Applied Social Psychology, ditemukan bahwa subyek yang diminta membaca buku Harry Potter memiliki keterbukaan terhadap perbedaan. Rasa empati mereka terbangun dari mengenal karakter-karakter yang ada di Harry Potter, dengan segala perbedaan dan keunikan masing-masing. 

Fiksi Meningkatkan Perbendaharaan Kata 

Komunikasi dibangun dari adanya perbendaharaan kata yang dimiliki penutur maupun penerima. Nah, bagaimana ceritanya jika hanya sedikit kata yang kita kenal? Komunikasi tentu akan sulit terjadi. 

Sebuah penelitian di Emory University menyebutkan bahwa otak orang-orang yang membaca fiksi berbeda dengan bukan pembaca. Otak para pembaca tampak lebih aktif terutama di temporal kiri—bagian yang identik dengan bahasa—dibandingkan dengan non pembaca. 

Fiksi Merangsang Kreativitas 

Fiksi identik dengan imajinasi. Membaca fiksi berarti ikut serta masuk ke dalam ruang imajinasi yang diciptakan penulis. Secara tidak langsung, pembaca pun diajak untuk berimajinasi seperti yang dilakukan penulis fiksi. 

gambar buku terbuka di luar ruangan
sumber: pixabay

Penelitian di Creativity Research Journal yang meminta siswa untuk membaca cerita fiksi atau esai menemukan bahwa pembaca fiksi memiliki lebih sedikit kebutuhan untuk penutupan kognitif daripada pembaca non-fiksi. Lebih lanjut, temuan ini menunjukkan bahwa membaca fiksi dapat mengarah pada prosedur yang lebih baik untuk melakukan pemrosesan informasi. Hal ini termasuk dalam membangun kreativitas. 

Fiksi untuk Mengatasi Stress 

Jika ada yang mengatakan membaca karya fiksi untuk hiburan, ini ada benarnya. Manusia punya berbagai cara untuk mengatasi stres yang dialaminya, salah satunya dengan membaca buku yang menghibur, ya buku fiksi ini. 

Penelitian di University of Sussex menunjukkan jika membaca karya fiksi dapat membantu mengatasi stress. Efek yang sama didapatkan juga dengan metode lain, seperti musik dan jalan-jalan. Para peneliti menemukan bahwa responden yang diam membaca dalwam waktu 6 menit, mengalami pelambatan denyut jantung serta berkurangnya ketegangan otot. 

Membangun Pola Tidur yang Teratur 

Pola tidur yang teratur dan berkualitas dibangun dari menciptakan ritual menjelang tidur yang menenangkan. Aktivitas yang dilakukan menjelang tidur hendaknya melepaskan pikiran dari kesibukan di siang hari. 

Nah membaca (fiksi maupun non fiksi) ternyata bisa membantu membangun pola ini. Bacaan fiksi yang menghibur membuat tubuh lebih rileks, hingga akhirnya bisa tertidur dengan mudah. Ini sejalan dengan penelitian yang dilaporkan The New Yorker, yang menyebutkan bahwa membaca buku menempatkan otak ke dalam keadaan trance yang menyenangkan, mirip meditasi. 

Hal ini terbukti membawa manfaat yang sama dengan relaksasi yang mendalam. Pembaca rutin memiliki pola tidur baik, tingkat stress rendah, dan tingkat depresi lebih rendah jika dibandingkan dengan non-pembaca. 

Rasa Puas dan Bahagia 

Dan sebagai akhir dari semua efek membaca fiksi di atas, fiksi nyatanya memberikan rasa puas dan kebahagiaan. Orang senang membaca fiksi karena mereka merasa senang membaca, merasa terhibur dan mendapatkan manfaat dari membaca fiksi itu sendiri. Jadi, apa lagi jika tidak rasa puas dan bahagia? 

gambar beberapa buku tebal berkumpul
sumber: pixabay

Penutup

Rasanya tidak adil jika harus membandingkan membaca fiksi dan non-fiksi. Apalagi sampai merendahkan yang lain agar terlihat lebih unggul. Membaca—fiksi maupun non-fiksi—tetap memiliki manfaatnya masing-masing. 

Akan sangat monoton jika hidup hanya membaca karya non-fiksi saja. Dan tentu lebih membosankan lagi jika hanya membaca fiksi saja. So ... baca keduanya ya. Tentu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. 

Selamat membaca ^_^

Tidak ada komentar:

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.