Kau yang goreskan kenang tak lekang. Dan ruangan itu, jadi alasan sua, sapa dan kata. Hanya meja dan kursi, dua langkah antara kita. Tapi lagi-lagi, kita berjarak.
Kalau ada apa-apa, hubungi aku. Nih lagu buat kamu
Pesanmu malam itu. Dan setelahnya, kau lepaskan semua beban di pundak. Tinggalkanku yang masih harus terus melangkah, rentangkan tangan antara dua setapak yang tak selalu sejalan.
Pelan, ciptakan hangatmu dan kurasa petikan dawainya merangkulku. Benamkanku dalam hadir nyatamu. Hadirkan senyum yang selalu kau pamerkan di depanku, kala itu. Lalu mengalir katamu setelahnya. Dan genggam tangan bersama uluran belaimu. Tapi itu dulu.
Jelas kau katakan padaku, “Jika kau punya masalah dan membutuhkanku. Jika semua tak semestinya, tutup matamu dan pikirkan aku. Aku akan di sana, di sampingmu.”
Tapi itu semua bohong kan? Dan setelahnya kulewati malam-malam tanpa dering pesan darimu. Kau lewatkan sapa pagi yang paksaku terjaga, berkalang kabut. Semua yang kau katakan lewat baris syair itu hanya omong kosong belaka. Kau pikir bisa menghiburku dengan cara ini, setelah meninggalkanku? Tidak! Kukatakan dengan jelas, tidak! Kau hanya omong kosong yang menciptakan lebih banyak ruang kosong dalam diriku.
Pernah sekali waktu, kuuntai benar apa katamu. Kurapal namamu seperti saat tanganku tertangkup menengadah. Kau datang, benar kau datang. Tapi hanya dalam pikirku. Dan pada akhirnya, adamu tak ciptakan imaji apapun.
Tidak ada musim semi, musim panas, musim gugur apalagi musim dingin dalam kisah ini. Ucap namamu dalam rapal sepertiga pun, hanya sisakan luka makin menganga. Siapa kau sebenarnya? Bohong katamu itu. Kau tak pernah datang, nyatanya.
“Kau hanya perlu memanggilku, dan aku akan disana.”
Kata ‘teman’ tak lagi bermakna antara kita. Kemarahan saja yang tersisa, goreskan sisi gelap. Bukan hanya langit di atas sana. Bukan hanya kabut yang perlahan turun. Atau angin yang memainkan anak rambutku. Tapi nyatanya, kau tidak ada disini kan? Tidak ada lagi ‘kita’ antara kau dan aku.
Tidak ada ketuk di pintu rumahku, seperti kau katakan dulu. Tidak ada lagi sapa dan sua, meski terus kurapal namamu sebagai pengantar tidur. Kau tidak pernah berlari dan menyongsongku. Kau tidak pernah lagi memberikan pundak untukku merebah. Tidak ada usap, genggam dan kata ‘ayo selesaikan bersama’.
“Hey, ain't it good to know that you've got a friend?”
Bukankah kau bohong saat mengatakan ini? Lihat, siapa yang sekarang berubah jadi dingin? Siapa yang justru menebar garam di goresan luka yang lalu?
Aku hanya ingin merebah saat lelah. Aku hanya ingin menggenggam saat kakiku oleng sebelah. Aku hanya ingin melangkah tertatih dalam gelayut tanganmu. Tapi, semua yang kau katakan hanya omong kosong saja.
Lagu itu pada akhirnya hanya jadi pengantar tidur. Meninabobokanku dalam mimpi panjang tentangmu. Tentang persahabatan yang terlupa dan terluka. Tentang rasa yang tak lagi sama. Tentang kisah yang tak memiliki akhir apalagi awal. Tentang banyak kata yang tak sempat terucapkan.
Aku berhenti. Tak ingin lagi ada rapal dan gumam tentangmu. Ataupun lantang teriakan namamu. Biarlah kau hanya hadir dalam kepalaku saja. Biarlah imaji tentangmu bermain dalam mimpiku saja. Biarlah, tak perlu sapa dan sua untuk berjanji. Biarlah kuhapus semua luka perih ini, dan sisakan kenang indah dari waktu yang kita habiskan bersama. Biar kuhapus saja lelehan di pipiku ini sendiri. Biarkan saja tak ada lagi pundak dan genggam milik sahabat. Tak ada lagi malam-malam panjang dengan pesanmu. Tak perlu lalu memaksa mata terbuka, hanya untuk temani bergerilya menggores kata di tugas akhirmu itu.
Tidak ada yang tersisa sekarang. Tinggal dendang pelannya yang perlahan mengantarkanku terlelap. Biarlah lagu itu hanya jadi lagu saja. Aku ingin melepaskan lagu ini dari kisah tentangmu. Biarlah hanya tinggal bait nada dan syair saja. Tanpa harus luapkan sekali lagi kisah luka. Dan pada akhirnya, ini jadi milikku saja.
Kuhapus pesan terakhir darimu yang ada di ponselku. Berharap lenyap pula rasa sakit tentangmu.
Lagu : McFly – You’ve Got A Friend
Diikutsertakan dalam tantangan cerpen #KataNada di twitter @KampusFiksi
Cerpen – Ruang Kosong
Reviewed by Bening Pertiwi
on
September 28, 2015
Rating:

Bentar....bentar...knp akhir2 ni cerita dikau agak2 gala gtu deh XD
BalasHapusJd curiga saya^^
uwoooo ... Na dikira galau
Hapuscerpen ini kegalauan lama yg udah lewat
tapi masih asyik aja buat diceritakan lagi
namanya tukang ngetik, pasti ada aja kenangan yg pengen ditulis
(makannya, jangan cari gebetan penulis, ntar kisahnya pasti diabadikan, kekekeke)
emang sih, awal sept kemaren sempat galau
tapi udah lewat kq
udah hampir sembuh juga #emangSakit
waktu dan minimnya interaksi akhirnya memadamkan semua galau, hahahahaha #curcol
eh tapi eh tapi
Hapusgalau itu ternyata perlu lho #kataTemen
soalnya kalau galau, jadi bisa nulis
huahahahahaha
Ad benarnya. Jg sih, pengalaman yg berkesan jd sumber tulisan yg bernilai, termasuk yg gala2 gtu.
HapusAsyiikkk dah move-forward xDDD
masalahnya, galaunya bukan cuma sebiji hira
Hapussatu ilang, iya
nah yg lain masih ada sumber galau lagi
#uhuk #curcol
#kapanmopeOn
Aku baca cerpen Kak Bening jadi baper sendiri.. :")
BalasHapusKakak berbahasa dengan indah. Kusuka kusuka kusuka xD
wah terimakasih komennya
Hapusini masih perlu banyak dibenahi lagi kok
saran/kritik/masukan masih ditunggu selalu ^_^