Hari kedelapan belas tantangan #30DaysBlogChallenge. Tu kan, kemarin habis bahas wedding, sekarang bahas nikah. Ehm, ok sih emang perlu persiapan sejak saat ini. Meski jujur, gue juga belum terlalu memikirkan yang satu ini. Apa yang harus gue ajarkan pada (calon) anak gue kelak?
Kayaknya hal pertama
yang wajib dilakukan itu, komunikasi
deh. Di budaya Jawa yang cenderung kaku, komunikasi seringkali terjadi satu
arah. Dari orang tua, yang mengatur, mengatakan dan mengungkapkan semuanya.
Arah sebaliknya, dari si anak masih terasa kurang. Gue bukan menyalahkan budaya
lho ya. Cuma, sepertinya untuk saat ini, hal itu udah nggak sesuai lagi.
Komunikasi dua arah jadi salah satu hal utama dan penting dalam keluarga.
Kedekatan orang tua dan anak bisa dipupuk dari hal ini. Gimana nantinya anak
gue bisa mengungkapkan keinginanannya, protesnya bahkan pendapatnya dengan
tanpa beban. Tentu pake cara yang benar dan bertanggungjawab. Gimana orang tua
bisa menempatkan diri sebagai orang tua sekaligus teman bagi si anak.
Jaman sekarang, jaman
gadget. Katanya bisa mendekatkan yang jauh. Tapi kenyataannya, malah menjauhkan
yang dekat. Ini kadang juga terjadi sama keluarga. Gue juga harus sadar diri
soal satu ini. Sebagai (calon) orang tua, harus bisa bagi waktu. Kapan waktu
komunikasi dengan anak, mendampingi pertumbuhan anak. Dan kapan juga meluangkan
waktu untuk bagian dunia yang lain, bergaul dengan teman, berkegiatan. Dan yang
lebih penting itu, gue harus mulai belajar banyak mendengar, supaya nanti gue
bisa punya banyak kesempatan untuk mendengarkan kisah yang diceritakan
anak-anak gue.
Hal kedua yang pengen
gue ajarkan adalah tegas dan berani
mengambil keputusan, serta bertanggungjawab atas konsekuensinya. Mungkin bahasa sederhanya nekat. Tapi, nekat
yang bertanggungjawab. Meski gue bisa dibilang agak nekat, tapi kalau dibanding
yang lain, gue cenderung masih cemen.
Mereka bebas memilih
pilihan apapun dalam hidup mereka. Setelah memilih sesuatu, mereka nggak boleh
ragu apalagi mundur. Hadapi dan atasi setiap konsekuensi apapun yang terjadi
dari keputusan pilihan itu. Jangan lari ataupun mundur. Biar harus jungkir
balik, nggak boleh mundur. Harus maju terus.
Yang ketiga, gue pengen
mereka tahu soal cinta. Ini agak
ribet sebenarnya. Gue inget sama keluarga Gen Halilintar, yang beberapa waktu
belakangan heboh di tv itu. Tahu kan ya? Sejak kecil mereka diajarkan tentang
cinta. Cinta secara vertical maupun secara horizontal. Dan cari cinta itulah,
mereka bisa mengambil peran masing-masing dalam keluarga. Dengan cinta itu,
mereka saling melengkapi dan menguatkan. Mungkin buat gue, nggak kebayang punya
anak sebanyak itu. Tapi cinta yang diajarkan pada mereka membuat mereka bisa
melakukan hal yang sepertinya mustahil.
Ini memang impian gue.
Gue juga pengen bisa mengajarkan hal itu pada anak-anak gue nantinya. Mereka
bisa mandiri, bersikap sesuai usia, saling menyayangi, punya tanggungjawab, dan
punya visi kehidupan ke depannya.
Ah, apakah apa yang gue
inginkan ini terlalu muluk? Entalahlah. Ini postingan serius kesekian di
tantangan #30DaysBlogChallenge.
Tulisan ini diikutsertakan dalam
#30DaysBlogChallenge yang diadakan oleh #PelangiDrama
30 Days Blog Challenge (Day 18) – Coretan buat (Calon) Anakku
Reviewed by Bening Pertiwi
on
Juni 18, 2015
Rating:

kikiki...sekali-kali boleh kan Na serius
BalasHapushehe...saia mlh asal nulis untuk tema yg ke 18 ini.
ini mah alasan na aja kali ya
Hapuspadahal lagi nggak mood nulis, duh
Sejak kecil mereka harus tahu tentang cinta. Jd mau jawab gimana nih kalau mereka tanya, 'Cinta itu apa sih Bunda?'
BalasHapuscinta itu .... na na na
Hapushahahaha
lebih cocok dikasih contoh deh, daripada dijawab #alesan
hmm, boleh deh itu nyomot lagunya bang bram yang judulnya 'makna cinta'
#ditimpukSendal