Story – Stasiun
Kutoarjo, Hati Gue Terdampar disini
Selain stasiun Tugu di Jogja,
stasiun Kutoarjo jadi salah satu stasiun penting perjalanan kereta api jalur
selatan. Meski zaman udah berubah pun, stasiun ini tetap saja ramai dan banyak
disinggahi. Apa karena letaknya yang strategis? Entahlah. Gue yakin mereka yang
memfavoritkan stasiun ini punya alasan masing-masing. Yang gue tahu, sejarah
stasiun ini ngga pendek.
Waktu masih kecil, waktu jaman
kereta api masih bebas dinaiki ribuan penumpang, gue cukup akrab dengan stasiun
ini. Bahkan kalau lebaran tiba, gue akan merengek sama ayah untuk naik kereta,
alih-alih naik bis yang panas dan … iuh.
Apalagi setelah dibangun jalur
rel ganda, Kutoarjo-Solo. Otomatis fasilitas kereta local a.k kereta komuter
Kutoarjo-Solo pun jadi favorit banyak orang. Dan gue sempat mengalami betapa
mudah dan menyenangkannya naik kereta local, Prambanan Ekspres a.k Prameks.
Dengan harga murah meriah, waktu tempuh yang jauh lebih pendek dan nyaman,
banyak para ‘penglaju’ pun memilih moda transportasi ini. Waktu itu para awak
bis sempat protes, karena banyak penumpang yang memilih naik kereta daripada naik
bis. Otomatis penghasilan mereka pun turun.
Sayangnya masa itu nggak
selamanya. Ya … mungkin dengan banyak pertimbangan, akhirnya jadwal
keberangkatan kereta yang ‘tadinya tiap jam ada’ berubah Cuma dua dalam sehari.
Hmmm … well oke deh. Gue masih sempat mengalami berangkat lepas shubuh dari
rumah gue di majenang, sampai di kutoarjo jam 10-an dan ngejar Prameks jam
10.45. Cukup dua jam perjalanan kutoarjo-solo.
Meski salah satu kekecewaan gue,
kenapa kereta baru ada waktu gue udah kuliah di solo. Coba udah ada sejak gue
masih sma. Misal udah ada sejak gue masih SMA dulu, pasti gue akan menghabiskan
hari libur dengan maen ke jogja. Kutoarjo-jogja Cuma sejam kan ya, euy. Kadang
gue iri dengan anak-anak sekarang yang bisa dengan santai dan enjoy, maen ke
jogja hanya dengan modal tiket kereta.
Sekarang, peraturan pun banyak
berubah. Kalau dulu, setelah beli tiket bisa langsung masuk, maka sekarang
nggak bisa. Sekarang baru bisa maruk peron sekitar satu jam atau setengah jam
sebelum kereta berangkat. Hmmm … dan karena ini, mau nggak mau gue harus nunggu
di luar. Dan tempat yang asyik, yang belum lama gue temukan, dan memang belum
lama ada adalah mushola yang terletak di luar area stasiun. Karena tadinya
mushola ada di dalam stasiun.
Hari itu gue habis dateng ke
nikahan sobat gue. Dan karena harus nunggu kereta jam setengah enam—sementara waktu
itu baru jam 2—gue memutuskan buat nunggu di mushola, sekalian nunggu ashar.
Sambil terkantuk-kantuk, gue nunggu adzan. Ada hal menarik yang gue lihat waktu
itu. Seorang cleaning servis. Yup, tahu lah ya, tugasnya itu kan emang
bersih-bersih. Gue emang nggak tahu namanya. Tapi … ada dua hal yang gue
perhatikan. Pertama, asyik kan ya kalau lihat fasilitas umum gini selalu
bersih. Nggak tangung-tanggung loh, bapaknya bebersih lantai, seluruh dinding
bahkan keramik di pilar yang ada. Kedua, bebersih memang jadi kewajiban
cleaning service. Tapi!!! Bebersih masjid atau mushola itu dobel dapetnya.
Selain dapet gaji dari perusahaan, juga dapet pahala. Hmm … gue Cuma berpikir,
betapa beruntungnya bapak ini. Dalam sehari aja, berapa banyak yg udah dia
bersihkan. Kalau sebulan, setahun … jangan Tanya berapa banyak pahalanya.
Gue emang jarang pulang. Tapi,
kalau ada kesempatan, gue emang lebih memilih moda transportasi satu ini.
Selain murah, juga nyaman dan hemat waktu. Ah ya … di stasiun ini juga, gue
punya kesempatan ketemu sahabat-sahabat gue dan sedikit nostalgia masa SMA.
Itu cerita gue … sambung lain
kali ya
Story – Stasiun Kutoarjo, Hati Gue Terdampar disini
Reviewed by Bening Pertiwi
on
November 29, 2014
Rating:

Tidak ada komentar: