Singkatannya
memang BSK, tapi kepanjangannya bukan seperti judul di atas. Ini nama bis yang
begitu gue hapal dan dihapal juga oleh sebagian besar orang di daerah gue,
Majenang.
Sebenarnya
nama bis ini Bina Sehat Keluarga. Aneh ya? Nggak juga sih sebenarnya. Soalnya
pemiliknya adalah seorang petugas kesehatan. Jadi nggak heran lah, namanya
nyerempet2 kesehatan gitu. Dia seorang pegawai kesehatan sekaligus pengusaha.
Sukses? Jelas lah.
Bis
ini memiliki trayek Cilacap-Tasik dan Purwokerto-Banjar Patroman, untuk bis
yang berbeda. Gue nggak tahu persis, ada berapa jumlah bis tiap trayeknys sih.
Gue sudah lumayan akrab sama bis ini sejak lama. Bahkan sejak gue masih kelas
satu SD. Itu artinya mungkin sejak sekitar 15 tahun yang lalu. Bis ini juga
setia mengantar ayah waktu masih jadi penglaju.
Kenapa
bis ini jadi favorit? Pertama karena bis ini lumayan cepat, jadi kemungkinan
terlambat kerja/sekolah pun menipis. Bis ini nggak suka berhenti Cuma buat
nunggu penumpang seperti bis lainnya. Naikin penumpang langsung jalan lagi,
makannya banyak fans-nya. Dan lagi, bis ini bisa membuat perjalan
Purwokerto-Majenang hanya dalam waktu dua jam (kalau bis besar bisa makan waktu 2,5 sampai 3 jam). Jangan heran
dengan kecepatannya. Tapi juga jangan bayangkan seperti Sum**r Ken***o di
trayek Solo-Surabaya. Meski cepat, bis ini masih cukup ramah kq sama penumpang,
hihihi. Ngebutnya masih bermartabat sih. Secara, kalau nggak ngebut, kalah
saing donk sama bis Wangon-Sidareja. Setelah lewat karangpucung, baru deh bis
jalan lumayan santai.
Meski
nggak setiap hari naik bis ini seperti temen-teman gue, bisa dibilang gue cukup
akrab dengan bis ini. Dulu waktu SMA, kalau mudik, gue kan transit dulu di
terminal purwokerto. Nah kalau nggak pengen naik bis-bobrok-di-dalam-cantik-di-luar-jurusan-bandung,
gue harus berkejaran dengan waktu supaya bisa naik bis ini dari terminal
purwokerto. Soalnya pemberangkatan terakhir, sekalian pulang kandang itu jam
lima sore. Dan bisa dipastikan lah, bis paling sore ini juga penuh dengan anak
sekolah dan para kos-er yang mudik di sabtu sore.
Gue
pernah berpikir untuk membuat cerpen dengan ide bis ini, sayangnya tu cerpen
masih terus nganggur sih.
Kalau
ada yang Tanya, kenapa gue tahu banyak soal trayek bis, itu karena gue adalah
salah satu penumpang setia bis. Nggak ada motor, jadi hampir tiap bulan gue
akrab dengan bis saat pulang kampung. Sebenarnya agak gimanaaaa juga. Kenapa
ya, ayah gue mengijinkan gue, anak perempuannya, pecicilan naik bis sendirian.
Ya meski tiap setengah jam sekali di sms sih, memastikan keberadaan dan keadaan
gue.
Bukan
sekali, gue pecicilan naik bis yang bahkan belum pernah gue naiki sebelumnya.
Atau bahkan belum pernah dinaiki ayah gue (yang
sudah lebih senior urusan per-bis-an). Dan jangan heran kalau 10-15 menit sekali
gue harus ngeluarin hp buat balas sms mereka.
Hmmm
…
Perjalanan
naik bis itu selalu penuh cerita. Termasuk d’BSK yang jadi langganan gue kalau
transit di purwokerto. Gue rela menunggu lama, demi naik BSK daripada naik
Sak**a atau Bu*i**n, karena mereka memiliki jalur berbeda dan memutar. Jadi
lebih jauh dibanding jalurnya BSK. Purwokerto-wangon via ajibarang buat gue,
lebih terasa ramah (baik jalan maupun
pemandangannya), dibanding Purwokerto-Wangon via Rawalo, meski gue bisa
menikmati sungai luas di Rawalo.
Ada
kenangan yang pernah gue semai lewat jalur itu, ehm …
#eh ya, ternyata nyari gambar bis ini lumayan susah. tahu gini, dulu gue poto ya, hmmm
d’BSK – Bis Super Keren
Reviewed by Bening Pertiwi
on
Oktober 11, 2014
Rating:

Tidak ada komentar: